LP : Retardasi Mental pada Anak
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Retardasi
mental merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar terutama bagi Negara
berkembang. Diperkirakan angka kejadian retardasi mental berat sekitar 0,3%
dari seluruh populasi dan hampir 3% mempunyai IQ dibawah 70.Sebagai
sumber daya manusia tentunya mereka tidak bias dimanfaatkan karena 0,1% dari
anak-anak ini memerlukan perawatan, bimbingan serta pengawasan sepanjang
hidupnya.(Swaiman KF, 1989).Prevalensi retardasi mental sekitar 1 % dalam satu
populasi. Di indonesia 1-3 persen penduduknya menderita kelainan ini.
Insidennya sulit di ketahui karena retardasi metal kadang-kadang tidak dikenali
sampai anak-anak usia pertengahan dimana retardasinya masih dalam taraf ringan.
Insiden tertinggi pada masa anak sekolah dengan puncak umur 10 sampai 14 tahun.
Retardasi mental mengenai 1,5 kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan
dengan perempuan.
Sehingga
retardasi mental masih merupakan dilema, sumber kecemasan bagi keluarga dan
masyarakat. Demikian pula dengan diagnosis, pengobatan dan pencegahannya masih
merupakan masalah yang tidak kecil.
B. Permasalahan
- Bagaimana konsep teori retardasi mental?
- Bagamana pula memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan retardasi mental?
C. Tujuan
- Untuk mengetahui konsep teori retardasi mental pada anak.
- Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan retardasi mental.
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
TENTANG RETARDASI MENTAL
A. Pengertian Retardasi Mental
RM menurut American Association on Mental
Retardation (AAMR) 1992 : Kelemahan/ketidakmampuan
kognitif muncul pada masa kanak-kanak (sbl 18 tahun) ditandai dengan fs.
kecerdasan dibawah normal ( IQ 70-75 atau kurang), dan disertai
keterbatasan lain pada sedikitnya dua area berikut : berbicara dan
berbahasa; ketrampilan merawat diri, ADL; ketrampilan sosial; penggunaan sarana
masyarakat; kesehatan dan keamanan; akademik fungsional; bekerja dan
rileks, dll.
Sedangkan menurut WHO,retardasi mental adalah
kemampuan mental yang tidak mencukupi. Retradasi mental adalah suatu
keadaan yang ditandai dengan fs. Intelektual berada dibawah normal, timbul pada
masa perkembangan/dibawah usia 18 tahun, berakibat lemahnya proses belajar dan
adaptasi sosial (D.S.M/Budiman M, 1991)
Menurut Crocker AC 1983, retardasi mental adalah
apabila jelas terdapat fungsi iritelegensi yang rendah, yang disertai adanya
kendala dalam penyesuaian perilaku, dan gejalanya timbul pada masa
perkembangan. Sedangkan menurut Melly Budhiman, seseorang dikatakan retardasi
mental, bila memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Fungsi intelektual umum dibawah normal
2. Terdapat kendala dalam perilaku adaptif
social
3. Gejalanya timbul dalam masa perkembangan
yaitu dibawah usia 18 tahun.
Retardasi Mental sering disepadankan dengan istilah-istilah, sebagai
berikut:
1.
Lemah Pikiran (
feeble-minded)
2.
Terbelakang Mental
(Mentally Retarded)
3.
Bodoh atau Dungu (Idiot)
4.
Pandir (Imbecile)
5.
Tolol (moron)
6.
Oligofrenia (Oligophrenia)
7.
Mampu Didik (Educable)
8.
Mampu Latih (Trainable)
9.
Ketergantungan Penuh
(Totally Dependent) atau Butuh Rawat
10.
Mental Subnormal
11.
Defisit Mental
12.
Defisit Kognitif
13.
Cacat Mental
14.
Defisiensi Mental
15.
Gangguan Intelektual
Jadi, Retradasi mental adalah suatu gangguan
heterogen yang terdiri dari gangguan fungsi intelektual dibawah rata-rata dan
dan gangguan dalam keterampilan adaptif yang ditemukan sebelum orang
berusia 18 tahun.
B. Etiologi
Adanya disfungsi otak merupakan dasar dari retardasi
mental. Untuk mengetahui adanya retardasi mental perlu anamnesis yang baik,
pemeriksaan fisik dan laboratorium. Penyebab dari retardasi mental sangat
kompleks dan multifaktorial. Walaupun begitu terdapat beberapa faktor yang
potensial berperanan dalam terjadinya retardasi mental seperti yang dinyatakan
oleh Taft LT (1983) dan Shonkoff JP (1992) dibawah ini.
1. Organik
a. Faktor prekonsepsi : kelainan kromosom (trisomi 21/Down syndrome dan Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit metabolik, kelainan neurocutaneos, dll.)
a. Faktor prekonsepsi : kelainan kromosom (trisomi 21/Down syndrome dan Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit metabolik, kelainan neurocutaneos, dll.)
b. Faktor
prenatal : kelainan petumbuhan otak selama kehamilan
(infeksi, zat teratogen dan toxin, disfungsi plasenta)
c. Faktor
perinatal : prematuritas, perdarahan intrakranial, asphyxia neonatorum,
Meningitis, Kelainan metabolik:hipoglikemia, hiperbilirubinemia, dll
d. Faktor
postnatal : infeksi, trauma, gangguan metabolik/hipoglikemia, malnutrisi, CVA
(Cerebrovascularaccident) - Anoksia, misalnya tenggelam
2. Non organic
a. Kemiskinan
dan klg tidak harmonis
b. Sosial
kultural
c. Interaksi
anak kurang
d. Penelantaran
anak
3. Faktor
lain : Keturunan; pengaruh lingkungan dan kelainan mental lain (15-20% ; AAP,
1984)
C. Klasifikasi Menurut nilai IQ-nya, maka intelegensi seseorang dapat digolongkan sebagaiberikut (dikutip dari Swaiman 1989):
Nilai IQ :
1.
Sangat superior 130 atau lebih
2.
Superior 120-129
3.
Diatas rata-rata 110-119
4.
Rata-rata 90-110
5.
Dibawah rata-rata 80-89
6.
Retardasi mental borderline 70-79
7.
Retardasi mental ringan (mampu didik) 52-69
8.
Retardasi mental sedang (mampu latih ) 36-51
9.
Retardasi mental berat 20-35
10.
Retardasi mental sangat berat dibawah 20
Yang disebut retardasi mental apabila IQ dibawah 70,
retardasi mental tipe ringan masih mampu didik, retardasi mental tipe sedang
mampu latih, sedangkan retardasi mental tipe berat dan sangat berat memerlukan
pengawasan dan bimbingan seumur hidupnya. Bila ditinjau dari gejalanya,
maka Melly Budhiman membagi:
1. Tipe
klinik
Pada retardasi mental tipe klinik
ini mudah dideteksi sejak dini, karena kelainan fisis maupun mentalnya cukup
berat. Penyebabnya sering kelainan organik. Kebanyakan anak ini perlu perawatan
yang terus menerus dan kelainan ini dapat terjadi pada kelas sosial tinggi
ataupun yang rendah. Orang tua dari anak yang menderita retardasi mental tipe
klinik ini cepat mencari pertolongan oleh karena mereka melihat sendiri
kelainan pada anaknya
2. Tipe sosio
budaya
Biasanya baru diketahui setelah
anak masuk sekolah dan ternyata tidak dapat mengikuti pelajaran. Penampilannya
seperti anak normal, sehingga disebut juga retardasi enam jam. Karena begitu
rnereka keluar sekolah, mereka dapat bermain seperti anakanak yang normal
lainnya. Tipe ini kebanyakan berasal dari golongan sosial ekonomi rendah. Para
orang tua dari anak tipe ini tidak melihat adanya ketainan pada anaknya, mereka
mengetahui kalau anaknya retardasi dari gurunya atau dari psikolog, karena
anaknya gagal beberapa kali tidak naik kelas. Pada urnumnya anak tipe ini
mempunyai taraf IQ golongan borderline dan retardasi mental ringan.
Klasifikasi Menurut Page :
1.
Idiot (IQ dibawah 20; umur mental dibawah 3 tahun)
2. Imbisil
(IQ antara 20-50, umur mental 3-7,5 tahun)
3. Moron ( IQ
50-70, umur mental 7,5-10,5 tahun)
Tabel Derajat Retradasi Mental
Derajat
RM
|
IQ
|
Usia
Prasekolah
(0-5
tahun)
|
Usia
Sekolah
(0-21
tahun)
|
Usia
Dewasa
(>21
tahun)
|
Sangat
berat
Berat
Sedang
Ringan
|
<20
20-23
35-49
50-69
|
Retradasi
jelas
Perkembangan
motorik yang miskin
Dapat
berbicara atau belajar berkomunikasi, ditangani dengan pengawasan sedang
Dapat
mengembangkan keterampilan social dan komunikasi, retradasi minimal
|
Beberapa
Perkembangan motorik dapat berespon namun terbatas
Dapat
bicara atau berkomunikasi namun latuhan kejujuran tidak bermanfaat
Latihan
dalam keterampilan social dan pekerjaan dapat bermanfaat, dapat pergi sendiri
ketempat yang telah dikenal
Dapat
belajar keterampilan akademik sampai ± kelas 6 SD
|
Perkembangan
motorik dan bicara sangat terbatas
Dapat
berperan sebagian dalam pemeliharaan diri sendiri dibawah pengawasan ketat
Dapat
bekerja sendiri tanpa dilatih namun perlu pengawasan terutama jika berada
dalam stress
Biasanya
dapat mencapai keterampilan social dan kejujuran namun perlu bantuan terutama
bila stres
|
D. Patofisiologi
Retardasi
mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari. Retardasi
mental ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul pada
masa kanak-kanak ( sebelum usia 18 tahun ) yang ditandai dengan fungsi
kecerdasan di bawah normal ( IQ 70 sampai 75 atau kurang ) dan disertai
keterbatasan-keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaftif :
berbicara dan berbahasa , kemampuan/ketrampilan merawat diri, kerumahtanggaan,
ketrampilan sosial, penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri ,
kesehatan dan keamanan , akademik fungsional, bersantai dan bekerja. Penyebab
retardasi mental bisa digolongkan kedalam prenatal, perinatal dan pasca natal.
Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak.
E. Manifestasi Klinik
Gejala
klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan
fisik yang merupakan stigmata kongenital, yang kadang-kadang gambaran stigmata
mengarah kesuatu sindrom penyakit tertentu. Dibawah ini beberapa kelainan fisik
dan gejala yang sering disertai retardasi mental, yaitu (Swaiman, 1989):
1. Kelainan
pada mata
2. Kejang
3. Kelainan
kulit
4. Kelainan
rambut
5. Kepala
6. Perawakan
pendek
7. Distonia
Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya, adalah
sebagai berikut:
1. Retradasi
Mental Ringan
Keterampilan social dan komunikasinya mungkin
adekuat dalam tahun-tahun prasekolah. Tetapi saat anak menjadi lebih besar,
deficit koognitif tertentu seperti kemampuan yang buruk untuk berpikir abstrak
dan egosentrik mungkin membedakan dirinya dari anak lain seusianya.
2. Retradasi
Mental Sedang
Keterampilan komunikasi berkembang lebih lambat.
Isolasi social dirinya mungkin dimulai pada usia sekolah dasar. Dapat
dideteksi lebih dini jika dibandingkan retradasi mental ringan.
3. Retradasi
Mental Berat
Bicara anak terbatas dan perkembangan motoriknya
buruk. Pada usia prasekolah sudah nyata ada gangguan. Pada usia sekolah mungkin
kemampuan bahasanya berkembang. Jika perkembangan bahasanya buruk, bentuk
komunikasi nonverbal dapat berkembang.
4. Retradasi
Mental Sangat Berat
Keterampilan komunikasi dan motoriknya sangat
terbatas. Pada masa dewasa dapat terjadi perkembangan bicara dan mampu menolong
diri sendiri secara sederhana. Tetapi seringkali masih membutuhkan perawatan
orang lain.
Terdapat ciri klinis lain yang dapat terjadi sendiri
atau menjadi bagian dari gangguan retradasi mental , yaitu hiperakivitas,
toleransi frustasi yang rendah, agresi, ketidakstabilan efektif , perilaku
motorik stereotipik berulang, dan perilaku melukai diri sendiri.
F. WOC
G. Penatalaksanaan Medis
Terapi terbaik adalah pencegahan primer, sekunder dan tersier.
1. Pencegahan
primer adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan atau menurunkan
kondisi yang menyebabkan gangguan. Tindakan tersebut termasuk pendidikan untuk
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat umum, usaha terus menerus
dari profesional bidang kesehatan untuk menjaga dan memperbaharui
kebijakan kesehatan masyarakat , aturan untuk memberikan pelayanan kesehatan
maternal dan anak yang optimal, dan eredekasi gangguan yang diketahui disertai
kerusakan system saraf pusat. Konseling keluarga dan genetic dapat membantu.
2. pencegahan
sekunder adalah untuk mempersingkat perjalanan penyakit.
3. pencegahan
tersier bertujuan untuk menekan kecacatan yang terjadi. Dalam pelaksanaanya
kedua jenis pencegahan ini dilakuakn bersamaan, yang meliputi pendidikan untuk
anak : terapi perilaku, kognitif dan psikodinamika ; pendidikan keluarga; dan
intervensi farmakologi. Pendidikan untuk anak harus merupakan program yang
lengkap dan mencakup latihan keterampilan adaptif, sosialn, dan kejuruan. Satu
hal yang penting dalam mendidik keluarga tentang cara meningkatkan kopetensi
dan harga diri sambil mempertahankan harapan yang realistic.
Untuk mengatasi perilaku agresif
dan melukai diri sendiri dapat digunakan naltrekson. Untuk gerakan motorik
stereotopik dapat dipakai antipsikotik seperti haloperidol dan klorpromazin.
Perilaku kemarahan eksplosif dapat diatasi dengan penghambat beta seperti
propranolol dan buspiron. Adapun untuk gangguan deficit atensi atau
hiperktivitas dapat digunakan metilpenidat.
H. Komplikasi
Menurut Betz, Cecily R (2002) komplikasi retardasi mental
adalah :
1.
Serebral palsi
2.
Gangguan kejang
3.
Gangguan kejiwaan
4.
Gangguan konsentrasi /
hiperaktif
5.
Defisit komunikasi
6.
Konstipasi (karena penurunan
motilitas usus akibat obat-obatan, kurang mengkonsumsi makanan berserat dan
cairan).
I. Insiden
Prevalensi retardasi mental
sekitar 1 % dalam satu populasi. Di indonesia 1-3 persen penduduknya menderita
kelainan ini.4 Insidennya sulit di ketahui karena retardasi metal kadang-kadang
tidak dikenali sampai anak-anak usia pertengahan dimana retardasinya masih
dalam taraf ringan. Insiden tertinggi pada masa anak sekolah dengan puncak umur
10 sampai 14 tahun. Retardasi mental mengenai 1,5 kali lebih banyak pada
laki-laki dibandingkan dengan perempuan
J. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan kromosom
2. Pemeriksaan
urin, serum atau titer virus
3. Test
diagnostik spt : EEG, CT Scan untuk identifikasi abnormalitas perkembangan
jaringan otak, injury jaringan otak atau trauma yang mengakibatkan perubahan.
K. Pencegahan
- Imunisasi bagi anak dan ibu sebelum kehamilan
- Konseling perkawinan
- Pemeriksaan kehamilan rutin
- Nutrisi yang baik
- Persalinan oleh tenaga kesehatan
- Memperbaiki sanitasi dan gizi keluarga
- Pendidikan kesehatan mengenai pola hidup sehat
- Program mengentaskan kemiskinan, dll
A. Asuhan keperawatan
1. Data demografi
a. Identitas
Klien
b. Identitas
Orang tua
- Riwayat Kesehatan
Tanda dan
gejala :
1.
Mengenali sindrom seperti adanya mikrosepali
2.
Adanya kegagalan perkembangan yang merupakan
indikator RM seperti anak RM berat biasanya mengalami kegagalan
perkembangan pada tahun pertama kehidupannya, terutama psikomotor; RM sedang
memperlihatkan penundaan pada kemampuan bahasa dan bicara, dengan kemampuan
motorik normal-lambat, biasanya terjadi pada usia 2-3 tahun; RM ringan
biasanya terjadi pada usia sekolah dengan memperlihatkan kegagalan anak
untuk mencapai kinerja yang diharapkan.
3.
Gangguan neurologis yang progresif
4.
Tingkatan/klasifikasi RM (APA dan Kapan; Sadock dan
Grebb, 1994)
a.
Ringan ( IQ 52-69; umur mental 8-12 tahun)
Karakteristik
:
-
Usia presekolah tidak tampak sebagai anak RM, ttp
terlambat dalam kemampuan berjalan, bicara , makan sendiri, dll
-
Usia sekolah, dpt melakukan ketrampilan, membaca dan
aritmatik, diarahkan pada kemampuan aktivitas sosial.
-
Usia dewasa, melakukan ketrampilan sosial dan
vokasional, diperbolehkan menikah tidak dianjurkan memiliki anak. Ketrampilan
psikomotor tidak berpengaruh kecuali koordinasi.
b.
Sedang ( IQ 35- 40 hingga 50 - 55; umur mental 3 - 7
tahun)
Karakteristik
:
-
Usia presekolah, kelambatan terlihat pada
perkembangan motorik, terutama bicara, respon saat belajar dan perawatan diri.
-
Usia sekolah, dapat mempelajari komunikasi
sederhana, dasar kesehatan, perilaku aman, serta ketrampilan mulai sederhana,
Tidak ada kemampuan membaca dan berhitung.
-
Usia dewasa, melakukan aktivitas latihan
tertentu, berpartisipasi dalam rekreasi, dapat melakukan perjalanan sendiri ke
tempat yg dikenal, tidak bisa membiayai sendiri.
c.
Berat ( IQ 20-25 s.d. 35-40; umur mental < 3
tahun)
Karakteristik
:
-
Usia prasekolah kelambatan nyata pada perkembangan
motorik, kemampuan komunikasi sedikit bahkan tidak ada, bisa berespon dalam
perawatan diri tingkat dasar sepeti makan.
-
Usia sekolah, gangguan spesifik dlm kemampuan
berjalan, memahami sejumlah komunikasi/berespon, membantu bila dilatih
sistematis.
-
Usia dewasa, melakukan kegiatan rutin dan aktivitas
berulang, perlu arahan berkelanjutan dan protektif lingkungan, kemampuan bicara
minimal, meggunakan gerak tubuh.
d.
Sangat Berat ( IQ dibawah 20-25; umur mental seperti
bayi)
Karakteristik
:
-
Usia prasekolah retardasi mencolok, fungsi.
Sensorimotor minimal, butuh perawatan total.
-
Usia sekolah, kelambatan nyata di semua area
perkembangan, memperlihatkan respon emosional dasar, ketrampilan latihan kaki,
tangan dan rahang. Butuh pengawas pribadi. Usia mental bayi muda.
-
Usia dewasa, mungkin bisa berjalan, butuh perawatan
total, biasanya diikuti dengan kelainan fisik.
3. Pemeriksaan fisik :
a.
Kepala : Mikro/makrosepali, plagiosepali
(bentuk kepala tidak simetris)
b.
Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/ tidak ada,
halus, mudah putus dan cepat berubah
c.
Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus, dll
d.
Hidung : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran
kecil, cuping melengkung keatas, dll
e.
Mulut : bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas,
langit-langit lebar/ melengkung tinggi
f.
Geligi : odontogenesis yang tidak normal
g.
Telinga : keduanya letak rendah; dll
h.
Muka : panjang filtrum yang bertambah, hypoplasia
i.
Leher : pendek; tidak mempunyai kemampuan gerak
sempurna
j.
Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing,
ibu jari gemuk dan lebar, klinodaktil, dll
k.
Dada & Abdomen : terdapat beberapa putting,
buncit, dll
l.
Genitalia : mikropenis, testis tidak turun, dll
m.
Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang
& tegap/ panjang kecil meruncing diujungnya, lebar, besar, gemuk.
6.
Pemeriksaan penunjang
a.
Pemeriksaan kromosom
b.
Pemeriksaan urin, serum atau titer virus
c.
Test diagnostic sepetti : EEG, CT Scan untuk
identifikasi abnormalitas perkembangan jaringan otak, injury jaringan otak atau
trauma yang mengakibatkan perubahan.
B. Diagnosis
Keperawatan
- Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d kelainan fungsi Kognitif
- Kerusakan komunikasi verbal b/d lambatnya keterampilan ekspresi dan resepsi bahasa.
- Risiko cedera b/d perilaku agresif/ koordinasi gerak tidak terkontrol
- Gangguan interaksi sosial b/d kesulitan bicara /kesulitan adaptasi sosial
- Gangguan proses keluarga b/d memiliki anak RM
- Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian/ berhias, toileting b/d ketidakmampuan fisik dan mental/ kurangnya kematangan perkembangan.
C. Rencana Intervensi :
1. Dx : Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
b/d kelainan fungsi Kognitif
Tujuan : pertumbuhan dan perkembangan berjalan
sesuai tahapan
Intervensi :
a. Kaji
faktor penyebab gangguan perkembangan anak
b. Identifikasi
dan gunakan sumber pendidikan untuk memfasilitasi perkembangan anak yang
optimal.
c. Berikan
aktivitas stimulasi yang sesuai dengan usia
d. Pantau
pola pertumbuhan (tinggi badan, berat badan, lingkar kepala dan rujuk ke ahli
gizi untuk mendapatkan intervensi nutrisi)
2. Dx :
kerusakan komunikasi verbal b/d lambatnya keterampilan ekspresi dan resepsi
bahasa.
Tujuan : komunikasi terpenuhi
sesuai tahap perkembangan anak.
Intervensi :
a. Tingkatkan
komunikasi verbal dan stimulasi taktil
b. Berikan
intruksi berulang dan sederhana
c. Beri waktu
yang cukup untuk berkomunikasi.
d. Dorong
komunikasi terus menerus dengan dunia luar contoh Koran, televises, radio,
kalender, jam.
3.
Dx : Risiko cedera b/d perilaku agresif/ koordinasi gerak
tidak terkontrol
Tujuan :
menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor risiko dan
untuk melindungi diri dari cedera.
Intervensi
:
- Berikan posisi yang aman dan nyaman.
- Manajemen perilaku anak yang sulit
- Batasi aktifitas yang berlebihan.
- Ambulasi dengan bantuan ; berikan kamar mandi khusus.
4.
Dx : Gangguan interaksi sosial b/d kesulitan bicara
/kesulitan adaptasi social
Tujuan :
meminimalkan gangguan interaksi social
Intervensi
:
- Bantu anak dalam mengidentifikasi kekuatan pribadi
- Beri pengetahuan terhadap orang terdekat anak mengenai Retardasi Mental
- Dorong anak untuk berpartisipasi dalam aktivitas bersama anak-anak dan keluarga lain
- Dorong anak mempertahankan hubungan dengan teman-teman
- Berikan reinforcement positif atas hasil yang dicapai anak
5.
Dx : Gangguan proses keluarga b/d memiliki anak RM
Tujuan :
keluarga menunjukkan pemahaman tentang penyakit anak dan terapinya
Intervensi
:
- Kaji pemahaman keluarga tentang penyakit anak dan rencana perawatan
- Tekankan dan jelaskan penjelasan tim kesehatan lain tentang kondisi anak, prosedur dan terapi yang dianjurkan
- Gunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan pemahaman keluarga tentang penyakit dan terapinya
- Ulangi informasi sesering mungkin
6.
Dx : Defisit perawatan diri b/d ketidakmampuan fisik
dan mental/ kurangnya kematangan perkembangan.
Tujuan :
melakukan perawatan diri sesuai tingkat usia dan perkembangan anak.
Intervensi
:
- Identifikasi kebutuhan akan kebersihan diri dan berikan bantuan sesuai kebutuhan.
- Identifikasi kesulitan dalam perawatan diri, seperti keterbatasan gerak fisik, penurunan kognitif.
- Dorong anak melakukan perawatan sendiri
Pendidikan pada orangtua :
- Perkembangan anak untuk tiap tahap usia
- Dukung keterlibatan orangtua dalam perawatan anak
- Bimbingan antisipasi dan manajemen menghadapi perilaku anak yang sulit
- Informasikan sarana pendidikan yang ada dan kelompok, dll
D. Evaluasi
- Anak berfungsi optimal sesuai tingkatannya.
- Dapat berkomunikasi dengan baik sesuai usia.
- Perilaku dan pola hidup anak jauh dari risiko cidera.
- Anak berpartisipasi dalam aktivitas bersama anak-anak dan keluarga lain.
- Keluarga menunjukkan pemahaman tentang penyakit anak dan terapinya.
6. Anak
melakukan perawatan diri sesuai tingkat usia dan perkembangan
DAFTAR PUSTAKA
Noyes AP, Kolb LC, Modern Clinical Psychiatry Philadelphia, London : W.B. Saunders Co, 1963; pp 275 – 292.
Freedman et al. Modern Synopsis of Comprehensive Textbook of Psychiatry. Baltimore : The Williams & Wilkins Co, 1972; pp 312 -329.
Coleman JC. Abnormal Psychology and Modern Life,Bombay : D.B. Taraporevala Sons & Co Private Ltd, 1964; pp 519 – 536.
Prasadio T. Gangguan psikiatrik pada anak-anak dengan Retardasi Mental. Disertasi, gelar doktor dalam Ilmu Kedokteran, UNAIR, Surabaya. 1972.
Robinson HB et al. Mental Retardation Advanced Child Psychiatry, New York: Literature Seminar 1974. Feb.
Menolascimo FJ. Emotional Disturbances in Mentally Retardied Child. Advanced Child Psychiatry, New York : Literature Seminar 1974 Feb
Potter HW. The needs of Mentally Retarded Chidren for child Psychiatry services, Advanced Child Psychiatry. New York Literature Seminar 1974 Feb.
George Tarjan, Keeran CV. An overview of Mental Retardation, A Psychiatric Annals reprint, New York : Insight communications Inc, 1974 Feb.
Valente M et al. Etiologic Factors in Mental Retardation A Psychi- atric Annals reprint. New York : Insight Communications, Inc, 1974 Feb.
Simmons JG et al. Treatment and care of mentally retarded A Psychiatric Annals reprint.New York : Insight Communications Inc,1974 Feb
Baca juga :
SKRIPSI: SPOOLING KATETER URINE
SKRIPSI: SPOOLING KATETER URINE (Versi B.inggris)
Cara memperbaiki BBM Android error
Best merit casino 2021【VIP】democasino bonus
BalasHapus【 바카라 사이트 play【阅读全文】 ,xn casino and casino reviews,supercasinos bonus 메리트카지노총판 codes,free spins,casinogames bonus choegocasino codes,best vip slot,best vip slot